Jumat, 13 Februari 2009

SEBUAH VISI BAGI SEORANG VISIONER

Suatu ketika dalam sebuah kesempatan diskusi dengan seorang rekan dari Dephan , saya lontarkan sebuah pertanyaan sederhana, “Jika kita sudah punya roket produksi Lapan dengan daya jangkau yang cukup sepadan dengan sebuah rudal jarak pendek, atau bahkan menengah, pernahkah terbayang untuk mengadopsi system kontrol pada rudal-rudal yang kita miliki, misalnya “Harpoon, Sidewinder, Maverick, atau bahkan Exocet ?” Lain hari saya diskusi dengan seorang programmer, dan hasilnya, “sungguh hal itu sangat mungkin”, benar, bahwa melakukan proses duplikasi program dengan bahasa khusus membutuhkan perangkat dan tentu saja keahlian khusus, disamping kesediaan mabes TNI untuk melepas asset-nya guna dibongkar dan di utak-atik, plus menyediakan tempat dan dana untuk kepentingan riset ini. Bukankah diawal era perang dingin, Uni Soviet memenangkan perlombaan pembuatan roket berpemandu (Peluru Kendali), dengan melakukan riset dari material dan teknisinya, dan bukan Amerika Serikat, padahal memiliki material dan enginnernya. sedangkan diabad millennium ini, sepertinya Iran dan Cina yang harus kita teladani.

Melangkah lebih jauh, dibutuhkan setidaknya empat faktor utama untuk merealisasikan visi ini yaitu Sumber Daya Manusia, Bahan baku/material, Infrastruktur dan Modal.

1. Sumberdaya Manusia (SDM)

Suatu ketika, saat saya masih duduk dibangku kuliah, saya mengikuti sebuah pertemuan yang diadakan sebuah Lembaga dengan Menpora dan Mendikbud sebagai pembicara di Bandung. Saya mengajukan sebuah pertanyaan, “mengapa hingga saat itu belum dibentuk sebuah lembaga yang bisa menjadi jembatan antara Universitas/Institut sebagai gudang ilmu dan sumberdaya manusia berkualitas dengan masyarakat dan lembaga - lembaga kemasyarakatan didalamnya? Bukan tanpa alasan saya ajukan pertanyaan itu, ketika saya mencari literatur untuk skripsi, betapa kagetnya saya, ketika saya tahu, bahwa kajian yang sedang saya susun, ternyata sudah dipelajari dan dijadikan skripsi 20 tahun sebelumnya. Padahal, jika saya tanya, seseorang diluar lingkungan Kampus, bahkan jika dia seorang Sarjana sekalipun, asal saja jurusan/fakultasnya berbeda dengan saya, kemungkinan besar orang itu tidak akan tahu, atau bahkan menganggap kajian saya aneh. Hingga saat ini setelah waktu bergulir 15 tahun, saya tetap belum melihat keberadaan lembaga itu. Padahal, jika Perpustakaan Kampus dibongkar, dan segala ilmu yang ada didalamnya dikeluarkan dan diaplikasikan didunia kemasyarakatan, niscaya putaran roda kemajuan disegala bidang, akan lebih cepat berputar.

Kembali pada kasus diatas, minimal untuk mewujudkan usaha kemandirian ini setidaknya diperlukan SDM yang memiliki kualifikasi seperti berikut :

1. Ahli Radar
2. Ahli/Programmer Computer
3. Teknisi Assembling Computer (Hardware expert)
4. Ahli Propulsi dan mesin roket.
5. Ahli mekanik, telemetri dan pemandu rocket
6. Ahli persenjataan dan bahan peledak.

Rasanya tidak sulit bagi pemerintah untuk menjaring orang-orang dengan kualifikasi seperti ini, baik dengan melirik sumber dari lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan atau mereka yang saat ini berada nun jauh diluar negeri sana atau kenapa tidak kita gali dan wadahi, kemampuan terpendam dari para hacker, yang untuk menjaringnya tentu butuh usaha ekstra, karena dari semua kualifikasi, yang akan cukup sulit dicari tentu saja programmer.

Bukankah sejarah pernah mencatat bahwa pada awal dekade 70-an pernah dibentuk sebuah program dilingkungan TNI yang bernama “Program Ganesha” dimana Pemerintah menggiring para Mahasiswa lulusan terbaik jurusan Teknik terutama dari ITB untuk mengisi kekosongan jabatan Perwira Teknik di berbagai matra TNI.

2. Bahan baku/material

Berbicara tentang rudal, tentu kita harus membicarakan dua sisi sekaligus, pertama sistem navigasi rudalnya, dan kedua sistem pemandunya. Sehingga jika bidikan kita adalah rudal udara ke udara AAM (Air to Air Missile) dan rudal udara ke permukaan AGM (Air to Ground Missile), maka yang harus direlakan untuk dibongkar dan di utak-atik adalah radar dan sistem computer pesawat tempur peluncur dan tentu saja rudalnya, sedangkan, jika yang kita bidik adalah rudal permukaan ke permukaan SSM (Surface to Surface Missile), maka yang dibutuhkan adalah perangkat radar kapal perang dan computer pemandunya, sekali lagi tentu saja rudalnya.

Berbicara tentang duplikasi perangkat, jika proses duplikasi sistem telah terlampaui, dalam konteks kekinian, pengadaan perangkat keras akan dapat disuplai dengan berbagai cara, mulai dengan memanfaatkan sumber non militer maupun jika terpaksa menggunakan sumber militer. Azasinya, perangkat keras atau hardware sistem computer baik untuk keperluan militer ataupun non militer, adalah sama, hanya programnya dan mungkin kemasannya saja yang berbeda.

3. Infrastruktur

Tercatat TNI telah memiliki beberapa infrastruktur yang jika perlu dapat dioptimalkan untuk mendukung program ini, seperti Depohar di Lanud Husen Sastranegara, Lanud Iswahyudi Madiun, Lanud Abdulrahman Saleh dan Suryadarma (TNI AU), Laboratorium Dislitbang AD, Bengpuspalad dan PT. Pindad (TNI AD), Laboratorium Dislitbang AL, Fashrakan AL dan PT. PAL atau jika berorientasi pada kemudahan dalam ujicoba, kenapa tidak laboratorium Lapan yang dipergunakan, atau jika orientasinya adalah super komputer, maka laboratorium rekayasa PT. DI (IPTN) dan LEN pilihannya.

Dari sebaran infra struktur ini, sebenarnya tidak akan sulit jika dengan sedikit keinginan saja, agar kita bisa segera bangkit dan berlari menyusul ketertinggalan, karena sebaran infrastruktur ini berarti juga sebaran sumber daya manusia, hanya tinggal memilih dan memilah, dengan kualifikasi yang ketat, membentuk kelompok kecil dari penyebaran SDM di fasilitas-fasilitas yang kita miliki, diyakini tidaklah sulit.

4. Modal

Pada saat ini, mimpi rasanya jika kita berharap kerjasama dengan pihak luar (asistensi teknis) dalam kondisi sorotan dan keterbatasan sumberdaya modal atau anggaran, belum lagi jika berhitung tentang resiko kebocoran informasi. Jadi pilihan murah meriah tapi yakin bisa diandalkan, apalagi jika bertumpu pada semangat kemandirian, adalah membentuk kelompok kecil dengan berbekal fasilitas yang ada dan semangat nasionalisme yang tinggi. Dan sesungguhnya, jika dengan didasari semangat tinggi maka celah modal masih banyak dapat kita gali, terdapat banyak sumberdaya yang menunggu untuk dimanfaatkan.

Sekali lagi adakah keinginan itu di benak para pimpinan bangsa ini, terdapat seribu jalan terbentang dihadapan, terdapat seribu sumberdaya modal sebagai harta karun yang menunggu untuk digali. jayalah negeriku, jayalah bangsaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

b